Nasionalismeku dalam Perjalananku


Rasa nasionalisme tumbuh dalam pikiran kita dan  dalam jiwa kita. Seberapa besar kita mencintai dan mempertahankan negara yang telah kita tempati. Sebagai generasi penerus bangsa di era sekarang, rasa nasionalisme dan rasa mencintai negeri sendiri bisa ditunjukkan dengan berbagai cara.  Salah satunya adalah   menikmati dan menjelajahi keindahan alam di berbagai pelosok negeri. Betapa indahnya Indonesia itu, sehingga kita tidak bisa hanya satu atau dua hari saja menjelajah setiap inci daerahnya. Daerah yang kecil saja, bisa mempunyai berbagai tempat yang indah dan menarik untuk kita kunjungi.

Ada yang mengatakan bahwa jalan-jalan di negeri sendiri itu akan menimbulkan rasa nasionalisme,  sedangkan kalau keseringan jalan-jalan ke luar negeri justru akan mematahkan semangat nasionalisme. Apa benar seperti itu? Menurut saya pola pikir seperti ini harus diluruskan terlebih dahulu.  Bukan berarti kalau kita sering ke luar negeri, kita tidak cinta kepada negeri sendiri. Semua itu tergantung sudut pandang kita. Bagaimana kita menempatkan posisi nasionalisme kita. Justru ketika kita pergi ke luar negeri, kita akan tahu bahwa Indonesia itu mempunyai keindahan yang tidak kalah dengan keindahan di luar negeri sana. Kita bisa belajar hal-hal positif yang didapat di luar negeri untuk bisa kita terapkan di dalam negeri sendiri. Itupun juga harus disesuaikan dengan kultur dan identitas negara kita. Jangan sampai apa yang didapat dari luar negeri merusak dan menimbulkan pertentangan karena tidak sesuai dengan identitas negara kita. Maka dari itu kita juga perlu sesekali menjelajahi setiap inci negeri orang lain baik itu budayanya, bahasanya, adat istiadatnya, alamnya, dan lainnya.

Jalan-jalan pun tidak harus jauh-jauh dan disesuaikan dengan budget yang ada.  Meskipun jalan-jalan hanya sekedar di mall atau di tempat-tempat terdekat, paling tidak hal itu  sudah mampu merefleksikan diri kita kepada alam dan lingkungan sekitar, bahwa kita merupakan bagian dari mereka, karena tanpa mereka, tak ada yang namanya bangsa dan negara. Sebab kita ketahui, adanya suatu negara adalah salah satunya dengan adanya warga negara, serta wilayah negara tersebut. Dengan jalan-jalan, kita akan tahu bagaimana kehidupan di luar lingkungan rumah kita sendiri, bagaimana kondisinya, bagaimana kita merasakannya dari sudut pandang kita sendiri.

Saya akan membagikan pengalaman jalan-jalan saya sebagai berikut:
  1. Jalan-jalan bersejarah seperti ke museum, candi, dan situs-situs bersejarah.
Beberapa waktu yang lalu saya sempat mengunjungi museum yang ada di Jakarta, mulai dari Museum Gajah, Museum Batik, Museum Wayang, dan Museum Fatahillah di Jakarta. Saya menemukan bagaimana perjalanan sejarah Indonesia pada masa penjajahan hingga masa kemerdekaan Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari berbagai peninggalan yang terpampang di museum. Ternyata Indonesia itu sangat beragam dan eksotis. Semboyan Bhinneka  Indonesia dapat dilihat dari berbagai macam jenis budaya dari berbagai daerah yang ada di Indonesia.



Saya bisa mengulang kembali sejarah masa lalu Indonesia bagaimana, apa latar perjuangan yang dilakukan kala itu. Coba bandingkan dengan saat ini, sangat jauh berbeda. Generasi kita saat ini sudah banyak merasakan kenyamanan dan kenikmatan serta kemudahan, mulai dengan adanya teknologi yang canggih dan tepat guna.   Jadi kita perlu melihat ke belakang, bahwa nasionalisme kita jangan sampai pernah luntur hanya karena kondisi negara yang terjadi saat ini. Itulah makna yang bisa kita dapat dibalik jalan-jalan ke tempat-tempat bersejarah. Jangan sampai kita melupakan sejarah, tanpa sejarah kita tidak akan bisa menjadi bangsa merdeka seperti ini.
  1. Jalan-jalan ke alam seperti pantai dan pegunungan
Saya seringkali pergi jalan-jalan ke pantai dan pegunungan seperti di  Lombang Sumenep, Bedugul Bali,  Gunung Tangkuban Perahu, Kebun teh di Malang,dll.

Melihat alam seperti itu, saya merasakan bahwa ciptaan Allah itu begitu indah.  Dengan jalan-jalan ke alam kita akan tahu bahwa Indonesia itu memiliki tempat-tempat yang menarik yang bisa dikunjungi. Bila kita mengunjungi alam, janganlah sekali-kali melakukan hal yang iseng, misalnya bila kita makan makanan atau minuman kemasan, buanglah sampahnya di tempat sampah atau kumpulkan dalam satu wadah. Jangan pula  merusak keindahan tempat wisata, baik itu mencabut atau mengambil dengan sengaja tanpa izin. Usahakan patuhilah peraturan yang telah ada di tempat wisata tersebut. Dengan mengikuti peraturan yang ada berarti kita turut ikut menjaga kelestarian dan kebersihan tempat wisata tersebut.
  1. Jalan-jalan kuliner. Jalan-jalan kuliner biasanya menjadi hobi hampir semua orang. Karena tanpa disadari bahwa orang Indonesia itu doyan makan dan ngemil. Kuliner sudah menjadi aktivitas wajib saya bila mengunjungi suatu tempat atau daerah. Dengan begitu saya bisa tahu apa makanan dan minuman khas yang ada di daerah tersebut. Bahkan saya pun menyempatkan untuk membeli oleh-oleh makanan khas yang ada di daerah tersebut untuk saya bawa ke tempat tinggal saya. Dari hal kuliner saja banyak jenisnya, dan seleranya berbeda-beda tergantung dari kultur yang ada di daerah tersebut. Kuliner Jawa Timur, dengan Jawa tengah dan Jawa Barat saja berbeda, apalagi kuliner di luar negeri yang tentunya seleranya berbeda dengan selera lidah negeri kita. Itulah pentingnya kita jalan-jalan, bisa tahu berbagai jenis makanan daerah yang patut kita coba.  Salah satu kuliner yang pernah saya cicipi misal gudeg jawa tengah, soto lamongan, nasi kebuli, ketoprak, batagor, toge goreng dan lainnya.
Jalan-jalan ke tempat kuliner, pusat oleh0oleh di Malang

  1. Jalan-jalan budaya. Salah satu contohnya adalah mengunjungi sebuah perkampungan di suatu daerah yang memiliki ciri khas tertentu misal Kampung Badui. Jalan-jalan budaya yang pernah saya lakukan adalah jalan-jalan ke kampung Panglipuran di Bangli, Bali. Disana saya bisa menemukan sebuah desa adat yang asri jauh dari keramaian dan kemegahan kota. Suasana Bali benar-benar tampak di kampung ini dengan adanya rumah-rumah tua beratap bambu serta Pura. Rumah-rumah berjejer rapi dan serupa di kanan dan kiri jalan dan ada satu Pura untuk sembahyang. Dari penampakan desa adat ini, kita bisa melihat betapa serasi dan damai masyarakat yang ada disini. Kerukunan pun tercipta. Tidak ada sampah berserakan. Dari hal ini bisa kita pelajari bahwa di desa ini kita diajarkan untuk menserasikan dan mengharmoniskan hubungan antara manusia, alam dan Tuhannya (Falsafah Tri Hitakarana)
Itulah beberapa pengalaman jalan-jalan yang pernah saya alami. Hal tersebut tentunya menambah rasa nasionalisme saya terhadap negara. Saya menyadari bahwa Indonesia ini sangat kaya alam dan budayanya. Justru saya sangat beruntung hidup di negara Indonesia. Namun bukan berarti kita tidak dibolehkan jalan-jalan ke luar negeri. Nasionalisme tidak hanya hubungan antara rakyat, wilayah dan negaranya saja, tapi juga berhubungan dengan Tuhannya. 

‘Tulisan ini disertakan dalam lomba ‘jalan-jalan nasionalisme’ yang diadakan Travel On Wego Indonesia”

 



2 komentar

Fandhy Achmad R mengatakan...

Wah bener banget nih, kadang untuk melatih nilai nasionalisme kadang perlu utk wisata ke tempat2 bersejarah :))

Peluang Keuntungan Bernama Investasi http://sastraananta.blogspot.com/2015/08/peluang-keuntungan-bernama-investasi.html?spref=tw

FaniaSurya mengatakan...

iyappp..betul itu...