Berbicara tentang Local Brand, saya selalu teringat dengan yang namanya gedung SMESCO Indonesia,
tepatnya ada di Jakarta Jalan Gatot Subroto Kav 4, Jakarta Selatan. Gedung SMESCO
merupakan pusat UKM Gallery yang memajang berbagai macam lokal brand yang berasal
dari berbagai macam daerah di seluruh pulau Indonesia serta pusat konvensi, ruang pertemuan dan kantor. Tahu sendiri kan, berapa
pulau yang ada di Indonesia? Ribuan kan? Lalu berapa banyak hasil kebudayaan
yang dihasilkan dari masing-masing pulau itu? Haduh…ngitungnya gak kebayang
deh. Perlu riset yang panjang. Sudah tahu kan kalau Indonesia itu kaya banget.
Saking kayanya budaya masing-masing daerah, tidak aneh deh, kalau orang asing
banyak yang tertarik dengan budaya di Indonesia. Bahkan tak jarang mereka juga dibela-belain
kursus dan belajar seluk beluk kebudayaan yang dimiliki oleh tiap daerah di
Indonesia ini. Kalau sudah begini, apa kita sebagai orang Indonesia sendiri
jadi gak cinta dengan budaya sendiri. Budaya itu kan juga local brand kita. Harga
diri kita sendiri. Kalau diakui oleh negara lain, kita hanya bisa apa coba?
Tentang SMESCO Netizen Vaganza
Sebagai penduduk rantau
yang baru tinggal di Jakarta ini, saya baru pertama kali ini datang ke Gedung
UKM Gallery di SMESCO dalam rangka SMESCO Netizen Vaganza 2015 yang diadakan tanggal 26-27 September
2015 kemarin. Dalam acara ini
tidak hanya penampilan panggung seni budaya dan live music dari para siswa
sekolah, tapi juga ada acara workshop dan talkshow dari beberapa narasumber
yang kece dan ngetop abis deh, diiantaranya yaitu Agustinus Wibowo yang
berbicara tentang 'Travel Writing' dan Sacha
Stevenson berbicara tentang 'Vlog Tips and Trik'. Seneng banget deh ketemu
mereka yang sudah para ahli itu. Saya jadi banyak belajar dan dapat
banyak ilmu dari mereka.jadi tidak rugi kalau sesekali datang ke acara seperti
ini.
Food truck dan stand makanan serta panggung music di SMESCO (foto milik pribadi) |
Saya berangkat dari
pagi hari sampai sore hari, berkutat saja di gedung SMESCO. Beruntung ada teman
yang setia menemani, belahan jiwa dan cinta sejati yaitu suami saya.
Hitung-hitung jalan-jalan sambil menyerap ilmu. Di gedung SMESCO ini juga terdapat
supermarket Seven Eleven kalau kita butuh cemilan-cemilan ringan. Tapi juga ada
lo, food truck dengan berbagai macam makanan local yang disediakan untuk
memenuhi hasrat kelaparan para pengunjung. Mulai dari gudeg, pecel, soto,
bakso, siomay, sate padang, es teller dan banyak lagi deh. Semuanya adalah
makanan local Indonesia juga. Asal punya duit, makan apa saja oke lah ya. Yang
penting gak kelaparan selama seharian di gedung SMESCO.
Nah..sebelum acara di
mulai, saya sih sempat keliling-keliling di tiap lantai SMESCO ini. Wow…keren
amat sih pajangan hasil karya local brandnya yang terpampang dari Sabang sampai Merauke. Semuanya dipajang di etalase tiap lantai gedung SMESCO ini. Ada
stand-stand tersendiri dengan diberi nama daerahnya pada bagian depannya. Saya
yang penyuka seni dan budaya jadi riang gembira, melihat yang cerah-cerah dari
budaya Indonesia ini. Apalagi di salah satu stand tersebut saya melihat batik
tulis hasil daerah asal saja, dipajang begitu cantik dan indahnya. Yap… asal
saya Madura dan batik tulis Madura itu tuh kebangsaan daerah saya. Apalagi
warna kainnya cerah dan cantik-cantik.
Berputar-putar dari
lantai satu ke lantai lain, makin kece aja nih hasil seni budaya berbagai
daerah di Indonesia. Hasil kerajinan dari tiap daerah itu unik dan khas mulai
dari dompet, tas, topi, baju, rok, atasan, hem, makanan dan minuman, sepatu,
sandal, dan masih banyak lagi. Kalau mau tahu, mending langsung datang deh ke
gedung SMESCO. Dijamin para pecinta etnik pasti suka deh ke tempat ini. Hanya saja
harganya sedikit mahal daripada kalau kita beli langsung di daerah asalnya. Sebanding
jugalah ya harganya, daripada kita pergi langsung ke daerah asalnya kan butuh
biaya akomodasinya. So, jatuhnya mahal juga kan? Bagi saya harga gak masalah
untuk sebuah produk lokal, asalkan kualitasnya bagus dan gak kalah dengan
produk luar negeri.. Tapi kan namanya seni dan budaya itu pasti mahal dong, dan
ini berbanding lurus juga dong dengan kualitas produk lokal yang dihasilkan. Saya
sendiri jadi tahu, kalau menelusuri dan mengamati tiap hasil seni dan budaya
dari masing-masing daerah di Indonesia itu menjadikan saya paham dan mengenal
local brand yang dimiliki tiap daerah. Wawasan saya jadi bertambah dan tidak
perlu jauh-jauh ke daerah asalnya. Cukup di gedung UKM Gallery SMESCO semua
local brand itu ada.
Local brand berupa sepatu batik di galery UMKM SMESCO (foto milik pribadi) |
Karya tangan berupa suvenir di galery UMKM SMESCO (foto milik pribadi) |
Suvenir dinding dan meja di galery UKM SMESCO (foto milik pribadi) |
Apa
Itu Local Brand
Sebuah produk disebut
sebagai Local Brand apabila memenuhi 4 syarat yaitu:
- Produk tersebut terbuat dari bahan yang berasal dari dalam negeri. Bahan yang dimaksud disini adalah bahan baku untuk pembuatan produknya berasal dari negeri sendiri.
- Tenaga kerjanya juga berasal dari dalam negeri. Nah… dalam hal ini perusahaan atau brand tertentu yang membuat produk mempekerjakan orang-orang Indonesia sendiri dan tidak perlu mendatangkan pekerja asing untuk membuat dan memproduksinya.
- Produk tersebut menggunakan merk lokal.Merk Lokal disini seharusnya menggunakan nama dengan penggunaan Bahasa Indonesia atau Bahasa Daerah.
- Kepemilikan perusahaannya adalah milik lokal juga. Nah ini nih, jangan sampai produk yang dihasilkan adalah produk lokal tapi yang memiliki adalah perusahaan luar negeri. Wah bisa berabe deh jadinya.
Nah, dari keempat hal
tersebut, apabila salah satu atau keempat syarat tersebut dipenuhi maka
produknya bisa disebut sebagai local brand.
Salah satu produk local yang bisa saya contohkan adalah produk buatan
sendiri dari seorang teman saya. Merknya bernama "NUNOBI". Pemiliknya adalah Dian Nobi. Dia membuat
produksi sendiri baju-baju dan gaun-gaunnya dengan menonjolkan bahan lokal dan budaya
daerah yaitu tenun ikat. Untuk memperindah desain rancangannya dia
kombinasikan dengan bahan lain yang sekiranya tetap menonjolkan ciri
khas dari kain tenun tersebut. Karyanya sudah mulai melebarkan sayap ke
seluruh penjuru nusantara. Melalui karyanya, dia ingin memperkenalkan
salah satu budaya daerah dari Indonesia yang belum membumi. Mudah-mudahan
dengan karyanya, local brand sendiri menjadi banyak yang menyukai terutama masyarakat Indonesia sendiri.
![]() |
Local Brand karya teman saya dari tenun ikat (foto milik Nunobi) |
Kalau nanti saya mau
membuat local brand sendiri, otomatis salah satu syarat diatas harus terpenuhi
dong. Kebetulan nih saya berasal dari salah satu daerah di Madura. Ciri khas
Madura itu terkenal dengan batik tulis Maduranya. Sebagai anak bangsa yang
cinta dengan daerahnya saya seringkali menggunakan batik tulis Madura yang
berupa kain kemudian dijahit sendiri dan digunakan sendiri baik itu untuk gaun
maupun untuk atasan. Tak heran juga sih, ternyata setelah saya memakainya,
banyak juga lo yang tertarik dengan batik tulis Madura yang saya pakai. Bahkan
saya harus mengorder kain batik dari daerah saya sendiri untuk dijual kepada
teman saya di Jakarta ini. Lumayankan, selain mengenalkan produk daerah
sendiri, juga bisa mendukung semangat mencintai budaya sendiri.
![]() |
Koleksi kain Batik Tulis Madura saya sendiri (foto milik pribadi) |
Apalagi ketika saya
melihat local brand batik tulis Madura saya dipajang di etalase SMESCO kemaren.
Wahh.. bahagianya gak ketulungan deh. Seneng produk daerah saya bisa ada disana
dan dilihat oleh banyak orang. Kalau bisa sih, nanti orang luar negeri juga
mengenal lah ya produk dari daerah saya.
Local brand di
Indonesia ini sangat banyak sekali, mulai dari produk pakaian, makanan dan
minuman bahkan sampai dekorasi rumah tinggal. Memang benar orang indoensia itu
kreatif. Bagaimana tidak kreatif, toh hasil produk yang dihasilkan tidak kalah
kok kualitasnya dengan produk luar negeri. Local Brand Indonesia itu unik dan
punya ciri khas, jadi sebisa mungkin tidak bisa diakui oleh negara lain. Jangan
sampai lah itu terjadi.
Mengapa
Harus Local Brand
Sudah saya paparkan
diatas bahwa Indonesia terdiri dari berbagai daerah dan pulau yang tersebar
luas di wilayah nusantara. Tentunya dong tiap daerah memiliki kekhasan dan
keunikan produk yang dimilikinya. Apalagi orang Indonesia itu kreatif dan
pintar-pintar contohnya seperti Bapak Habibie yang merupakan putra bangsa dan sudah
menciptakan pesawat buatannya sendiri bahkan sudah diproduksi dan dipasarkan. Masih mau minder
bagaimana lagi sih masyarakat kita ini dalam keberanian untuk menciptakan
produk sendiri? Justru harus bangga dong ya.
Berhubung saat ini
memasuki era perdagangan pasar bebas dunia yaitu era MEA (Masyarakat Ekonomi
Asean), so sebagai negara yang masih berkembang, kita jangan sampai dong kalah
dan tergerus dengan negara-negara maju lainnya. Maka dari itu perlulah kiranya
bahkan wajib hukumnya untuk mengembangkan dan menggalakkan upaya mencintai
local brand Indonesia sendiri. Kalau masyarakat Indonesianya sudah tidak cinta
dengan produk sendiri, bagaimana nasib negara kita di perdagangan pasar bebas
nanti? Haruskah terbenam begitu saja? Oh tidak, jangan sampai ya.
Dari hal tersebut
diatas, pastinya kita harus bergerak cepat untuk maju dalam perdagangan pasar
bebas nanti. Salah satu caranya dengan mencintai local brand Indonesia agar menjadi
ujung tombak pemicu kebangkitan produk negara kita di pasar bebas nanti.
Terutama nih pengusaha-pengusaha kecil yang sudah mulai banyak muncul di
permukaan dan sampai detik ini belum berani menonjolkan diri. Dengan memajukan
local brand yang kita punya pastinya perkembangan ekonomi negara kita akan
membaik dan rakyat Indonesia bisa lah ya lebih sejahtera lagi hidupnya. Bahkan
tidak ada lagi yang namanya pengangguran menjamur di setiap sudut kota. Ya…
sebab kalau local brand Indonesia sudah maju dan meningkat, pastinya dibutuhkan
para pekerja yang lebih banyak lagi sehingga pendapatan lebih tinggi lagi.
Betul tidak kawan?
Tips
Mencintai Local Brand
Indonesia sendiri
sebenarnya banyak memiliki local brand yang berkualitas oke punya. Bahkan tak
kalah juga dengan brand luar yang saat ini sangat diminati berbagai kalangan
masyarakat terutama mereka yang tak ingin dibilang kuno. Namun sayang sekali,
local brand yang ada malah tak terdengar ngaungnya, karena banyak hal yang
mempengaruhinya. Padahal sejatinya orang Indonesia itu sangat kreatif dan suka
seni budaya. Rasa percaya diri untuk menonjolkan local brand yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia saja yang kurang ditingkatkan. Tidak hanya itu, banyak hal
yang mempengaruhi local brand tidak menjadi idaman bagi orang Indonesia
sendiri, diantaranya yaitu:
- Kurangnya rasa percaya diri bahwa produk local brand lebih berkualitas dan lebih unggul.
- Kurang adanya promosi dan strategi pemasaran untuk memperkenalkan local brand kepada masyarakat, baik itu melalui brosur, spanduk, flyer bahkan radio, majalah, Koran dan televisi.
- Kurang adanya dukungan dari masyarakat, pemerintah dan swasta dalam memajukan dan mempromosikan local brand Indonesia sendiri karena kebanyakan masyarakat kita lebih mendukung brand luar negeri.
- Masyarakat banyak terpengaruh oleh kualitas brand-brand impor, karena terlihat lebih keren dan mewah meskipun dengan harga yang sangat mahal.
- Adanya hasrat untuk meniru gaya hidup/lifestyle negara maju yang terlihat lebih modern daripada negara sendiri. Hal ini terutama banyak terlihat dari tayangan-tayangan di televisi sehingga memunculkan persepsi gaya hidup yang berbeda dari budaya negeri sendiri.
- Kurang adanya rasa cinta, rasa memiliki dan menghargai terhadap seni budaya dan local brand Indonesia sendiri.
- Kurang kuatnya basis perekonomian kemasyarakatan di dalam negeri.
- Kurang adanya workshop dan pelatihan serta seminar-seminar mengenai cara meningkatkan kualitas dan nilai jual dari local brand dalam negeri serta cara untuk memasarkan local brand tersebut.
Nah,
banyak sekali kan halangan yang membuat local brand kita terbenam sampai detik
ini. Maka dari itu, halangan-halangan tersebut harus segera diatasi dan dicari
solusinya. Mengatasi dan memecahkan solusi tidak hanya tugas produsen local
brand itu sendiri lo. Tapi juga perlu adanya dukungan, support dan motivasi
dari Pemerintah dan Pihak swasta. Kalau hanya salah satu saja yang bekerja,
mustahil local brand akan mendunia di era perdagangan pasar bebas nanti. Mulai
dari sekarang, sebaiknya tidak hanya cuap-cuap saja, tapi tindakan yang
diperlukan untuk memujudkan mendunianya local brand negara kita.
Dilihat
dari kacamata perkeonomian rakyat Indonesia, orang Indonesia itu kaya-kaya lo.
Buktinya nih, kebanyakan dari mereka jalan-jalan ke luar negeri sambil shooping
produk-produk sana. Biaya untuk kesana dan shooping saja sudah banyak kan?
Bahkan lifestyle yang dipakai pun saat ini sudah brand-brand luar semua.
Padahal nih, produk luar itu mahal banget harganya. Apalagi kalau sudah diimpor
ke negara kita. Nah.. masak iya sih untuk membeli local brand dari negeri
sendiri yang harganya juga setara dengan brand luar saja tidak mau dan tidak
mampu. Aneh kan? Sebenarnya kesalahan ini ada dimana sih?
Banyak cara sih yang
harus dilakukan agar local brand kita menjadi menonjol, diantaranya yaitu:
- Pertama kali sebenarnya harus benar-benar tulus dan ikhlas bahkan berani untuk mencintai local brand sendiri. Nah..dimulailah dari diri sendiri. Kalau diri kita sendiri sudah cinta, baru deh sebarkan dan tularkan pada anak-anak, saudara dan orang-orang di sekitar kita. Sehingga semakin banyak yang cinta dengan produk Indonesia sendiri.
- Kalau sudah cinta, otomatis dong senang memakai dan menggunakan produk-produk sendiri mulai dari benda-benda terkecil sampai yang paling besar. Memakai dan menggunakan juga diharapkan membeli dan mengkoleksinya. Terutama kalau ada pameran atau bazaar-bazar yang banyak memamerkan dan menjual produk-produk local. Meskipun harganya mahal, kalau sudah cinta pasti kebeli deh. Jangan cuma dilihat saja, tapi dibeli, dicoba dan dipakai. Kalau semua local brand dibeli dan dipakai oleh orang Indonesia sendiri, bakalan makmur deh negara kita.
- Jangan pernah malu bikin local brand sendiri. Kerahkan kemampuan, skill dan kreatifitas kita agar local brand yang kita buat menarik, bermutu, dan berkualitas bahkan tidak kalah dengan produk luar. Berhubung saya seorang netizen dan sekaligus suka membuat local brand sendiri, saya usahakan menulis apa yang saya buat di blog, bisa berupa proses pembuatannya atau tutorial, bahannya dan asalnya.
- Patenkan local brand yang kita punya segera mungkin sehingga kecil kemungkinan akan ditiru dan diakui oleh negara lain. Cara mematenkannya cukup dengan mendaftarkan brand kita ke perlindungan hak konsumen yaitu di Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Pematenan local brand ini harus disosialisasikan ke berbagai kalangan produsen dan pemilik local brand di seluruh Indonesia, karena sebagian besar dari mereka tidak paham dan masih belum mematenkan produknya di HAKI.
- Lakukan pengemasan produk dengan menarik, unik dan indah sehingga banyak orang yang akan tertarik untuk membelinya.
- Lakukan promosi dan pemasaran dengan mekanisme promosi yang juga menarik minat pembeli. Promosi dan pemasaran bisa dilakukan dimasa saja baik di medsos, majalah, dari mulut ke mulut, radio, televisi atau menggunakan brosur, flyer, dan spanduk. Pasarkanlah dan promosikanlah dengan cara marketing yang baik dan menarik. Pemasaran dan promosi ini tentunya banyak membutuhkan bantuan semua pihak, baik itu masyarakat, pemerintah atau swasta. Nah, bagi netizen seperti saya, tiap kali mendatangi acara pameran atau bazaar, usahakan buatlah reportase dengan tulisan yang menarik di blog. Pajang semua foto-foto dari produk lokal yang dipamerkan. Supaya seluruh dunia mengenai local brand kita melalui tulisan kita. Tapi perlu diingat menjadi netizen reportase jangan mengharap dibayar dulu ya, karena bayaran pasti akan mengikuti. Menulislah dulu dengan hati dan tulus ikhlas.
- Nah, kalau local brand yang kita punya sudah dibangun, maka supaya tetap bertahan kuatkanlah dan pertahankanlah kualitas barang serta citra dari brand yang kita punya. Jangan sampai hanya gara-gara kesalahan atau mengurangi kualitas sedikit saja, akan berdampak terhadap kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap local brand tersebut. Justru masyarakatlah yang akan membantu dan mendorong proses naik turunnya local brand kita di pasaran. Intinya menjaga kepercayaan pelanggan lah ya.
- Pakailah brand-brand dengan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah sehingga ciri khas dan keunikannya tercipta dari nama-nama tersebut. Saya yakin, brand-brand dengan nama Indonesia atau daerah kita gak kalah saing kok dengan brand-brand menggunakan nama-nama bahasa negara lain.
- Mengembalikan gaya hidup/lifestyle yang kebarat-baratan kembali menjadi lifestyle kebudayaan sendiri. Artinya kita harus jadi diri kita sendiri dan tak perlulah meniru-niru orang lain yang sebenarnya lifestylenya tidak sesuai dengan budaya timur Indonesia. Mengembalikan gaya hidup bisa dengan tidak lagi mengoleksi produk-produk luar. Tapi mulai menggunakan produk-produk dalam dan selalu hidup dengan sederhana tanpa mementingkan produk luar yang selalu terlihat prestice. Nah, buat netizen pada umumnya terutama yang berfokus pada bidang lifestyle, ayo dong angkatlah lifestyle budaya dan produk kita agar lebih dikenal oleh masyarakat sendiri. Jika sudah dikenal tidak mustahil dong lifestyle negara sendiri akan membudaya dan menggaung hingga ke luar negeri.
- Kurangi dan saringlah tayangan-tayangan atau iklan yang lebih banyak menonjolkan local brand luar terutama bagi pihak pertelevisian. Tapi perbanyaklah tayangan atau iklan tentang local brand negeri sendiri. Sebab iklan dan tayangan itu sangat berpengaruh besar terhadap gaya hidup masyarakat kita terutama bagi anak-anak yang masih memiliki sifat meniru dan belum bisa membedakan sesuatunya. Bagi pihak pertelevisisan jangan hanya menguatamakan keuntungan bisnis semata tapi yang utama adalah apakah tayangan/iklan itu mampu menciptakan pola pikir dan gaya hidup masyarakat Indonesia lebih sederhana, berbudaya dan beradab lagi.
- Untuk para produsen produk lokal, berbisnis itu bukan untuk diri sendiri, buatlah komunitas pebisnis produk local, sehingga bisa sharing pengalaman bisnisnya kepada yang lain. Bekerjasamalah dengan masyarakat, pemerintah dan swasta untuk membuat seminar dan workshop tentang bisnis produk lokal yang dibisa dihadiri oleh semua kalangan, kalau perlu biayanya gratis dan murah. Karena selama ini yang saya tahu, setiap seminar bisnis produk terutama dari para pebisnis ternama itu selalu mahal dan tidak bisa dijangkau biaya pendaftarannya. Otomatis, bagi kalangan menengah kebawah yang ingin punya ilmu dari seminar dan workshop tidak bisa menikmati juga. Sayang kan ilmu kok cuma untuk kalangan tertentu saja. Ilmu tuh harus meluas keseluruh kalangan. Nah, untuk kalangan netizen, usahakan tularkan ilmu bisnisnya kepada masyarakat melalui blognya, sehingga bermanfaat bagi orang banyak.
Sudah tahu kan apa itu
local brand dan bagaimana agar local brand itu semakin dicintai oleh masyarakat
kita? Semuanya sudah saya jelaskan diatas. Faktor utama untuk memulai itu semua
adalah dari diri sendiri. Marilah mencintai local brand sendiri. Local brand itu gak jadul kok.
Bahkan lebih keren dan lebih unik. Gaungkan negeri kita sendiri ke
seluruh dunia bahwa karya kita pun bisa lebih membahana dan mencetarkan
lifestyle dunia. Buktikan bahwa jati diri kita itu adalah budaya yang
kita bawa dan kita tanam di hati. Mulailah dari diri sendiri. Dari
generasi muda seperti saya. Karena di tangan kitalah, brand negeri
sendiri akan tetap jaya dan bertahan di kancah internasional.
sumber:
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/08/24/113370/brand-lokal-akan-naik-daun/
2 komentar
Cakep2 ya produk yg tampil di SMESCO :)
@arinta iya mba..cakep-cakep produknya... skali-sakli kujungi SMESCO yuk mb.:)
Posting Komentar