Dari Sampah Menjadi Maggot, Prestasi Luar Biasa Seorang Vira Ria Rinjiani.


Bicara soal sampah gak akan ada habisnya ya. Karena sampah sudah jadi hal dunia yang susah untuk dipecahkan. Memilah sampah pun susah untuk diterapkan oleh masyarakat. Karena masyarakat kita kesadarannya sangat kurang soal sampah. Padahal kalo sampah sudah menumpuk dan tidak bisa didaur ulang justru akan merusak ekosistem yang ada. Tidak hanya membahayakan manusia saja tapi juga hewan, pohon dan lingkungannya.

Saat ini yang lebih viral lagi adalah beternak maggot yang dihasilkan dari sampah. Maggot nantinya bisa difungsikan untuk menyuburkan tanah dan juga pakan  ternak. Maggot dihasilkan dari sayur, buah, bangkai atau sampah yang busuk dan rusak. Maggot ini terjadi dari telur lalat hitam atau bisa disebut Black Soldiers Fly ( BSF). Nah dari telur-telur kecil tersebut lalu berkembang menjadi maggot yang banyak gunanya. Maggot bisa digunakan umtuk pakan ternak, burung maupun ayam. Bahkan maggot ini mengandung protein yang luar biasa bergizi dan tentunya lebih efisien.


Vira Ria Rinjiani, seorang wanita yang berasal dari Bengkulu merupakan pelopor dari berdirinya Maggot Recycle centre di kampungnya Desa Teladan, Curup Selatan, Rejang Lebong, yang memfokuskan untuk pengelolaan sampah. Niat baiknya adalah demi kelestarian lingkungan, dalam mengatasi masalah sampah yang susah untuk dikendalikan.

Vira, sangat peduli dengan lingkungan yang ada di kampungnya. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai pekebun sayur, buah dan kopi. Tentunya banyak menghasilkan sampah-sampah organik. Yang menjadi masalah bagi para pekebun adalah banyak hasil panen sayur dan buah yang tidak habis terjual, sehingga menghasilkan sampah yang tidak bisa terpakai lagi. Sampah yang ada justru akan sangat merugikan dan merusak lingkungan. Terkadang menimbulkan bau tak sedap akibat sampah yang tidak terkelola dengan baik. Dengan membudidayakan maggot, sampah-sampah yang ada bisa menjadi bahan makanan untuk maggot. Sehingga tidak mubazir lagi .

Atas inisiatifnya ini, seringkali tidak mendapat tanggapan positif dari masyarakat sekitar. Bahkan dianggap sesuatu yang aneh dan mengada-ngada. Karena selama ini inisiatif tersebut belum pernah ada yang membudidayakan maggot. Budidaya maggot dan sampah-sampah yang ada cukup mengganggu masyarakat. Cemoohan dan ejekan seringkali diterima oleh Vira, sampai-sampai Vira menghentikan inisiatif baiknya tersebut. Segala cemoohan membuatnya tidak tahan. Niatnya yang baik darinya menjadi hal yang tidak baik di mata masyarakat.

Proses Pembuatan Maggot

Maggot yang dihasilkan dari sampah ini proses pembuatannya mudah sekali. Maggot ini makanannya adalah sampah organik yang ada di sekitar kita. Sampah-sampah organik ini biasanya dihasilkan dari sampah-sampah masyarakat terutama sampah dari rumah tangga misal sisa nasi, ikan, buah, sayur dan lainnya yang gampang membusuk. Untuk menghasilkan maggot ini perlu dilakukan fermentasi terlebih dahulu selama 3-7 hari. Hal tersebut dimaksudkan supaya pakannya mudah dicerna. Dalam proses fermentasi inilah akan menghasilkan bau yang tak sedap dari sampah-sampah yang ada. Tahu sendiri kan kalau sampah yang busuk dan didiamkan berhari-hari bakalan menimbulkan bau busuk dan baunya ini sangat mengganggu sekali. Tapi hasilnya seminggu ke depan akan sangat berguna dan bermanfaat.



Vira akhirnya bertekad untuk tetap berkarya dan mengembangkan maggot demi kelangsungan hidup dan kebaikan lingkungannya. Sampai akhirnya masyarakat sekitar rumahnya menerima dan welcome dengan apa yang telah dilakukannya. Masyarakat tak lagi melakukan penolakan. Hal tersebut terjadi karena Vira melakukan sosialisasi dalam mengembangkan maggot bersama dengan organisasi pemuda bernama Rumah Pemuda Kreatif.

Vira mendapatkan pelatihan membuat maggot dari Yayasan Raflesia Nusantara. Dia berusaha keras supaya bisa mendapat ilmu tentang pembuatan maggot. Maggot kalo dijual ini bisa menghasilkan 100 ribu per kilo gram. Harga yang fantastis dan sangat menggiurkan ya. Itulah yang membuat pemerintah dan masyarakat mulai sadar dan welcome tentang budaya pembuatan maggot.

Vira akhirnya lebih mendalami dan menseriusi pembuatan maggot dengan membuat sebuah pusat maggot yang diberi nama Maggot Recycle Centre. Lokasinya yaitu di Desa Simpang Kota Bingin, Merigi, Kepahiang. Vira mendirikan pusat maggot ini di Kepahiang karena udara dan lokasinya yang masih sejuk dan adem karena di daerah tersebut sampah organik sangat banyak dan mudah ditemukan. Sampah-sampah inilah yang menjadi makanan dari maggot.

Untuk selanjutnya, maggot tetap dikembangkan karena hasilnya menggiurkan. Dalam menghasilkan maggot, tentu saja sampah yang dikumpulkan dan menghasilkan bau bisa diakali dengan berbagai cara. Caranya yaitu menempatkan sampah di gentong besar dan tertutup, menggunakan semprotan anti bau serta kebersihan tempat budidaya maggot dijaga dengan baik. Bau yang dihasilkan bisa diminalisir.

Maggot ini sekarang menjadi budidaya yang menguntungkan sekali. Vira hanya menggunakan modal sebanyak 3 kg bibit maggot. Dengan 3 kg maggot ini, akhirnya menghasilkan maggot baru sebanyak 8 kg maggot. Hampir 3 kali lipat yang dihasilkan ya. Keuntungannya pasti juga lebih besar. Jika dalam 15 hari bisa menghasilkan 2 juta, tentunya yang dihasilkan lebih besar dalam sebulan. Karyawan yang dimiliki oleh Vira sebanyak 6 orang. Jika yang dihasilkan dipotong oleh biaya-biaya operasional, maka hasilnya lumayan sekali. Karyawan yang direkrut adalah pemuda-pemuda yang putus sekolah dan belum bekerja. Mereka dilatih dan dibimbing agar bisa bekerja terutama dalam membuat maggot. Harapannya adalah agar dengan adanya Maggot Recycle Centre ini, bisa memberdayakan sampah-sampah masyarakat dan juga memberdayakan warga sekitar. Masyarakat juga ikut turut menyumbang sampah-sampah organiknya sebagai bahan pakan ternak maggot.

Itulah sebabnya Vira Ria Rinjiani ini mendapat penghargaan Penerima Satu Indonesia Award (SIA) Provinsi dari Astra Indonesia pada tahun 2021. Atas usahanya inilah semoga diikuti oleh pemuda-pemudi Indonesia yang lain. Ke depannya Vira berharap bisa memproduksi maggot berupa Dry Maggot dan Tepung Maggot yang bisa diekspor ke luar negeri. Sehingga potensinya lebih berkembang dan maju.

Tidak ada komentar