Komunitas Teman Difabel, Wadah Difabel Dalam Berkomunitas

Difabel, sebuah keadaan untuk orang yang mengalami ketidaksempurnaan anggota tubuhnya seperti mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya. Kaum difabel pun seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat, karena ketidaksempurnaan tersebut. Para difabel, seolah-olah orang yang tidak berguna, tidak bisa bekerja, tidak bermanfaat dan pasti merugikan di masyarakat. Sebuah pandangan yang seharusnya dihindarkan karena para difabel ini juga manusia biasa yang butuh pengakuan di masyarakat.

Pernah kan, kalian melihat para difabel ini mendapat perlakuan yang berbeda dan diskriminatif di tengah-tengah masyarakat? Aku pun pernah melihat kenyataan tersebut. Jangankan masyarakat umum, terkadang keluarga sendiri pun seringkali tidak menerima keluarganya sendiri yang difabel. Seolah para difabel ini menjadi beban bagi mereka. Bahkan para difabel ini seringkali dilarang dalam melakukan aktivitas seperti dilarang sekolah, dilarang bekerja dan dilarang beraktivitas karena khawatir terjadi sesuatu di luar sana yang membahayakan mereka. Rasa khawatir yang berlebihan ini membuat para difabel terbatas untuk melakukan apapun yang sama seperti yang dilakukan oleh manusia normal lainnya. Padahal perlakuan seperti itu bagi para difabel justru akan membuat mereka minder dan tidak memiliki rasa percaya diri. 



Atas keprihatinan tersebut,  Achmad Fathullah mendirikan sebuah Komunitas Teman Difabel untuk membantu para difabel menjadi pribadi yang berkembang dan berkreatifitas penuh percaya diri. Komunitas ini juga menjadi jembatan bagi para difabel dengan keluarga dan masyarakat. Kehadiran Komunitas Teman Difabel ini tujuannya adalah untuk menciptakan kebersamaan dan kehangatan dalam  kebersamaan.

Keberadaan Komunitas Teman Difabel dimaksudkan supaya para difabel bisa mengeluarkan dan meluapkan emosi yang ada dalam dirinya, bisa bersosialisasi, tertawa, bergaul, bahagia dan bisa santai dengan para difabel lainnya di dalam satu naungan komunitas. Para difabel bisa melatih kepercayaan diri mereka, tidak minder lagi ketika harus bergaul di masyarakat. 

Melalui komunitas ini, para difabel diajak untuk berbaur juga dengan para non difabel. Dalam artian sebagai jembatan pertemuan antara difabel dan non difabel. Oleh karena itu, Komunitas Teman Difabel ini seringkali mengadakan pertemuan antara para difabel dan non difabel. 

Apa saja sih kegiatan dari Komunitas Teman Difabel ini? Diantaranya yaitu:

1. Sebagai wadah untuk bersosialisasi bersama baik antar para difabel atau dengan para non difabel. 

2. Sebagai tempat untuk kegiatan belajar. Contohnya para non difabel bisa belajar bahasa isyarat dengan para difabel di komunitas ini. Bahasa isyarat ini bisa menjadi cara komunikasi keduanya menjadi lebih mudah. Untuk kegiatan belajar bahasa isyarat ini, komunitas teman difabel  bekerja sama dengan Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia. Selain itu juga bisa belajar huruf braile bagi para difabel netra. Untuk acara pembelajaran ini , pelaksanaannya dilakukan secara gratis bagi siapa saja yang ingin belajar. Tempatnya di Taman Ekspresi, Bogor, sebagai tempat yang cocok berkumpul. Selain itu juga dimaksudkan supaya menjadi daya tarik bagi para pengunjung taman. Pelaksanaan pembelajarannya dimulai  sebanyak 7 sampai 10 orang yaitu dari pukul 11.00 WIB sampai dengan waktu sholat Dhuhur.

3. Sebagai ajang silaturahmi antara sesama teman difabel dan non difabel.


Berdirinya Komunitas Teman Difabel

Komunitas Teman difabel ini berdiri tanggal 1 Maret 2018 sampai dengan sekarang. Latar belakang berdirinya komunitas ini karena seringkali para difabel ini mendapat perlakuan diskriminatif dan jadi bahan lelucon.



Contohnya yaitu saat sekolah, Achmad mempunyai seorang teman yang tuna rungu. Temannya ini memakai alat pendengar suara di telinganya. Karena keisengan temannya, anak tersebut menjadi bulan-bulanan teman yang lain. Seringkali diejek dan dikerjain. Contohnya alat bantu dengar yang ada di telinganya dipukul dengan keras sehingga cukup mengganggu dan membuat anak tersebut kaget. Pukulan tersebut membuat telinganya berdengung cukup keras. Hal tersebut tentu saja sangat mengganggu sekali. 

Contoh lainnya itu, pelecehan seksual yang sering didapatkan oleh para difabel perempuan. Seperti mendapat sentuhan dan colekan yang tidak sopan di bagian tubuh tertentu dari para non difabel.  Sehingga perlakuan tersebut membuat para difabel perempuan merasa terganggu. 

Ha-hal tersebutlah yang membuat Achmad mendirikan Komunitas Teman Difabel. Komunitas ini pun sudah diperkenalkan ke berbagai media sosial dan syukurlah mendapatkan respon yang positif dari masyarakat. Bahkan ada beberapa daerah yang memintanya agar bisa membuat komunitas yang serupa di daerahnya. Namun belum ia sanggupi. Karena selama ini baru bisa dilaksanakan di Bogor saja. 

Kesetaraan Kurikulum Pendidikan Bagi Difabel

Apa sih yang menjadi permasalahan dari berdirinya Komunitas Teman Difabel ini? Ya salah satunya adalah kesetaraan kurikulum untuk para difabel. Seringkali kurikulum yang diberikan oleh para difabel ini berbeda dengan non difabel. Secara umum, para difabel lebih banyak sekolah di SLB ( Sekolah Luar Biasa) karena mereka seringkali susah mendapatkan kurikulum yang cocok dengan mereka bila belajar di sekolah umum.  Oleh karena itulah SLB menjadi jalan terbaik bagi para difabel jika ingin belajar. Tapi justru ini menjadi kendala juga, bahwa kurikulum yang diberikan di SLB tidak sama dengan di sekolah umum. 

Kurikulum yang diberikan di SLB seringkali ketinggalan jauh dengan sekolah umum, sehingga ketika meneruskan pendidikan yang lebih tinggi di sekolah umum, membuat mereka ketinggalan jauh bahkan sampai tak bisa mengikuti apa yang diajarkan di sekolah umum. Sampai akhirnya banyak juga para difabel tidak mau melanjutkan pendidikan sekolah lagi karena sudah ketinggalan jauh sekali. Sayang sekali kan. Hal ini perlu mendapat perhatian dari masyarakat dan pemerintah. 

Para difabel ini tidak mengalami permasalahan ketidakmampuan berpikir, hanya saja tubuh mereka yang tidak sempurna. Jadi selayaknya juga mendapat pendidikan yang sama dengan para non difabel. 

Beda lagi dengan penyandang down sindrom, yang memang kemampuan mereka untuk berpikir lemah. Oleh karena itu perlu mendapatkan pendidikan yang khusus dengan kurikulum yang khusus pula. 

Itulah yang menjadi perhatian sehingga muncullah Komunitas Teman Difabel untuk para difabel. Semoga dengan adanya komunitas ini, hak-hak bagi para difabel bisa terpenuhi dan mendapatkan perhatian lebih. Para difabel bisa diterima di masyarakat, mereka bisa bekerja, bisa belajar, bisa mendapatkan kesempatan yang sama seperti para non difabel. 

Dengan berdirinya Komunitas Teman Difabel ini, hingga akhirnya Achmad Fathullah mendapatkan penghargaan Astra Satu Indonesia Award 2023 dengan kategori individu di bidang Pendidikan. 


Tidak ada komentar