Sosok pemuda yang peduli terhadap lingkungan hidup bernama Adhitya Putra Lanae. Di sebuah kota Baubau, Sulawesi Tenggara, dia lahir dan dibesarkan sebagai pemuda yang hebat dan berjiwa sosial. Sama seperti pemuda yang lainnya, rasa peduli dan ingin mengubah dunia terbersit hebat di pikirannya. Apa yang bisa dia perbuat untuk negaranya. Apa yang bisa dia perbuat untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi manusia dan lingkungan alam. Hingga akhirnya terbersit keinginannya untuk menciptakan sebuah progaram bagi lingkungan.
Apa yang membuatnya terusik, yaitu adanya kerusakan lingkungan akibat polusi udara yang sangat mengganggu dan benar-benar sudah mengganggu lingkungan kita. Polusi udara seperti asap kendaraan bermotor, asap pabrik, dan lainnya saat ini menjadi isu yang hangat diangkat. Bahkan secara global tidak hanya di Indonesia saja.
Aksi nyatanya ini tentu saja perlu dukungan dari berbagai pihak. Adhit tidak bisa hanya sendiri saja bergerak untuk merealisasikan aksinya tersebut. Tentu saja dia butuh bantuan dan dukungan juga. Bahkan teman-temannya juga ikut diajak untuk mendukung aksinya tersebut supaya bisa saling bergerak bersama. Apa sih yang menjadi aksi nyatanya?
Mendirikan program Climate Institute.
Climate Institute dipelopori oleh Adhit atas keterusikannya dengan kelestarian lingkungan saat ini. Melihat lingkungan sekitar saat ini, tak lagi seperti dulu. Polusi ada di mana-mana, terjadi banjir, tanah longsor, ekosistem terganggu dan lainnya. Sepertinya alam sedang tidak baik-baik saja. Alam sedang mengalami krisis dan butuh segera diatasi krisis tersebut agar tidak semakin parah.
Sejak Adhit ikut workshop di Bali tentang perubahan iklim, dia mulai berpikir tentang lingkungannya saat ini. Tentang apa yang bisa dia lakukan untuk buminya ini. Mengenai isu lingkungan ini, akhirnya Adhit menuangkan keresahan dan ide-idenya ke dalam tulisan yang dia sampaikan dalam Indonesian Youth Team for Climate Change (IYTCC) yang terbentuk pada 20 Agustus 2015.
Idenya tentang lingkungan dalam tulisannya tersebut, membuatnya terpilih sebagai salah satu peserta workshop. Hingga akhirnya Adhit dan keempat temannya membuat sebuah komunitas yang peduli dengan lingkungan yang bernama Climate Institute. Dengan berdirinya komunitas ini, Adhit ingin mengajak para pemuda pemudi Indonesia supaya peduli terhadap lingkungan. Tak hanya peduli saja tapi juga melakukan tindakan nyata.
Kepedulian terhadap lingkungan salah satunya adanya mengurangi polusi udara. Kita seharusnya tahu bahwa penyumbang polusi udara terbesar merupakan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat yang sering kita gunakan sehari-hari. Terutama kendaraan yang tidak lolos uji emisi tentu saja akan mengganggu lingkungan akibat polusi dari asap knalpot yang dihasilkannya.
Menurut Adhit, masyarakat Indonesia saat ini masih tertanam budaya kalau naik kendaraan umum itu kurang gengsi. Karena menurut mereka punya kendaraan sendiri itu lebih terlihat ekslusif. Padahal kendaraan yang kita pakai jika semakin banyak justru menyumbang polusi udara. "
Kita tahu sendiri kan sekarang ini pemerintah sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan kepada masyarakat supaya kendaraan yang dipakainya sudah teruji emisinya. Jika belum teruji maka kendaraan tersebut dilarang dipakai. Masyarakat diajak untuk bijak dalam menggunakan kendaraan. Memperhatikan apakah kendaraannya sudah lolos uji emisi atau tidak.
Bahkan pemerintah juga menyarankan supaya masyarakat mau menggunakan transportasi umum untuk mengurangi polusi udara. Saat ini transportasi umum yang ada sudah mulai diperbaiki kualitas dan kuantitasnya. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir.
Selain pemakaian kendaraan bermotor, isu lingkungan yang lain yaitu, masyarakat supaya bisa menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi pemakaian plastik dan kemasan sekali pakai, memilah sampah dengan baik dimulai dari rumah, dan lain sebagainya.
Jika hal kecil kita lakukan sejak dini , maka akan berdampak terhadap hal besar yang terjadi di lingkungan kita. Nantinya akan menular ke lingkungan yang lainnya menjadi lebih baik. Sehingga tercpta lingkungan yang nyaman dan aman bagi kita semua. Mulailah dari diri sendiri dan ubah perilaku diri sendiri terlebih dahulu.
Melalui Climate Institute inilah, Adhit menyampaikan ide-idenya tentang lingkungan melalui workshop-workshop, seminar, sosialisasi, aksi nyata yang diadakannya khususnya bagi pemuda pemudi Indonesia. Program-program yang dilakukan oleh Climate Institute yaitu program edukasi tentang perubahan iklim dan lingkungan, program penanaman pohon bersama, membersihkan sampah plastik, program dalam mendaur ulang sampah hingga bisa menghasilkan pendapatan.
Workshop yang diadakan oleh Climate Institute ini sudah menjalankan kurang lebih 50 workshop di berbagai daerah mulai dari Jakarta, Tangerang, Bogor, Jambi, Nusa Tenggara Timur, Bali, Surabaya, Bandung, Menado, Medan, Nusa Tenggara Barat, dan Semarang. Dalam sebulan workshop yang diadakan bisa 2 sampai 3 kali.
Demi agar suara kepedulian terhadap lingkungan yang digerakkan selama ini, Climate Institute mulai ekspansi dengan melakukan kerjasama bersama Climate Institute juga bekerja sama dengan beberapa NGO dan LSM, komunitas lokal, lembaga pemerintah di bawah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, lembaga-lembaga pemerhati lingkungan, dan juga partai politik yang konsen terhadap isu lingkungan.
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Climate Institute ini tentunya memberikan tema-tema yang cukup menarik buat generasi muda , supaya mereka ada keinginan untuk ikut dan tertarik dengan isu kepedulian terhadap lingkungan saat ini. Tema-temanya antara lain adalah Youth Climate Camp, Climate Day di kampus-kampus, Climate Week, Climate Action, Climate Influencer, Climate Blogger, dan Climate Vlogger tentu saja untuk pembicaranya adalah para ahli atau ilmuwan lingkungan. Aku sebagai blogger tentu saja tertarik untuk mengikuti workshop-workshop tersebut apalagi mengenai isu lingkungan hidup.
Saat ini anggota Climate Institute tersisa hanya 2 orang. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk menyerah. Mereka tetap dan terus maju untuk mempertahankan komunitas ini dan memberikan workshop tentang isu-isu lingkungan.
Adhit melalui komunitas Climate Institutenya mengajak kita semua untuk mengubah perilaku mulai dari diri -sendiri. Mulai dari lingkungan sendiri yang terdekat. Baik itu dalam penggunaan kendaraan, bijak dalam pemakaian plastik, tidak membuang sampah sembarangan dan lainnya.
Saat ini Climate Institute sudah mencetak ratusan alumni workshop dan seminar yang telah diadakan. Selain itu juga sudah memiliki ratusan volunter yang siap membantu ketika yang mau membuka komunitas baru, edukasi dan aksi terhadap kelestarian lingkungan dan keberlanjutan lingkungan ( sustainable lingkungan).
Oleh karena itulah, Adhitya Putra Lanae mendapat penghargaan sebagai peraih Anugerah Satu Indonesia Award ( SIA) 2021 yang diadakan oleh Astra indonesia. Semoga ke depannya apa yang menjadi keresahannya mengenai isu lingkungan saat ini mendapat dukungan dari banyak pihak dan mereka juga tersentuh untuk ikut andil di dalamnya terutama untuk perusahaan-perusahaan yang turut menciptakan kerusakan lingkungan.
Tidak ada komentar
Posting Komentar