Suasana gelap di sebuah desa tentunya membuat suasana terasa hening dan sepi. Malam tanpa cahaya listrik. Malam dengan kegelapan terasa begitu mencekam. Terasa mengganggu terutama bagi para pelajar yang malam-malam harus belajar dan mengerjakan tugas. Kegelapan memang mengganggu. Jalanan yang gelap pun terasa menakutkan. Hal tersebut justru menghambat kemajuan dari sebuah desa.
Harianto Albarr, seorang pemuda yang tinggal di desa Ampiri, sebuah desa terpencil di lereng bukit Coppo Tile, Desa Bacu Bacu, Kabupaten Barru. Penduduknya hanya 1500 orang. Harianto juga seorang pemuda lulusan Universitas Negeri Makasar jurusan Kimia. Hatinya tergerak untuk membangkitkan penerangan yang ada di desanya, karena dia merasa desanya benar-benar sangat terhambat dalam penerangan dan listrik sehingga menyebabkan desanya tidak mengalami kemajuan dengan pesat. Karena keinginan dan kenekatannya untuk memajukan desanya, Harianto tergerak untuk membuat pembangkit tenaga listrik di desanya.
Harianto Albarr (sumber Youtube Berita KBR)
Meskipun Harianto bukan lulusan di bidang Sarjana Listrik, tapi keinginannya yang kuat membuatnya mau belajar tentang listrik secara otodidak. Mulai dari teknik pembuatan tenaga listrik secara otodidak di youtube, internet dan berbagai macam literatur yang ada. Dia mempelajarinya dengan tekun dan rajin, hingga akhirnya Harianto memunculkan ide membuat pembangkit listrik dengan kincir air yang diterapkan di sungai desanya.
Turbin pembangkit listrik (sumber Youtube Berita KBR)
Membuat pembangkit listrik ini, modal yang dikeluarkan oleh Harianto awalnya yaitu sebesar Rp. 4 juta. Tak banyak bahan yang digunakan, karena cukup seadanya saja, apa yang ada di desanya. Dalam mengembangkan idenya tersebut, Harianto dibantu oleh seorang temannya yang ahli di bidang kelistrikan. Selain itu warga sekitar juga ikut membantunya mengembangkan ide tersebut.
Dari idenya tersebut, Desa Bacu-Bacu bisa diterangi dengan cahaya lampu. Namun watt yang dihasilkan kecil tidak sampai dengan 1000 watt. Dengan kekuatan hanya sebesar itu, justru bisa menghidupkan lampu yang hanya 5 watt saja. Meskipun begitu, desa Bacu-Bacu bisa terang saat malam hari, sehingga tidak merasakan gelap lagi. Masyarakat desa bisa beraktivitas lebih banyak di malam hari jika ada listrik. Kegiatan malam hari lebih beragam, termasuk anak-anak pun bisa belajar dengan baik saat malam hari.
Dalam mengembangkan idenya, pasti ada hambatan yang terjadi. Kegagalan berkali-kali dialami oleh Harianto. Namun Dia tetap bersemangat dan pantang menyerah. Hambatan lainnya juga adalah tidak mendapat kepercayaan dari masyarakat sekitar yang menganggap remeh idenya. Namun tak membuatnya surut untuk terus maju membuat pembangkit listrik. Berawal dari pembangkit listrik berupa kincir kayu, lalu menjadi kincir dari besi sampai akhirnya pembangkit listriknya menggunakan turbin. pada akhir tahun 2012. Ternyata usahanya tidak sia-sia. Apa yang diharapkannya terjadi dan berhasil.
Berkat Pembangkit listrik, bisa menyalakan Televisi ( Sumber Youtube Berita KBR)
Keberhasilannya pun berkat bantuan dari CSR dan Kementerian ESDM dimana instalasi listrik yang tadinya dari kincir air berubah menjadi pembangkit listrik turbin. Dengan adanya turbin ini listrik yang dihasilkan bisa mencapai 100 Kwh sehingga bisa menjangkau 120 unit rumah di Ampiri.
Harianto kini bisa tersenyum ceria, karena pada akhir tahun 2008, daerah Ampiri, Desa Bacu-Bacu akhirnya terhindar dari kegelapan yang selama ini selalu menghantui. Desa tersebut kini sudah menjadi terang benderang. Masyarakat bisa melakukan aktivitas apapun pada malam hari. Harianto akhirnya bisa mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Dengan adanya hal ini, Ampiri menjadi satu-satunya daerah sebagai tonggak sejarah adanya proyek mikrohidro. Mikrohidro sendiri merupakan sebutan pembangkit listrik tenaga air dengan skala kecil. Kenapa mikrohidro dipakai, karena sumber energinya mudah ditemukan di Indonesia, dimana posisi Indonesia adalah negara tropis yang memiliki hutan yang sangat luas serta aliran sungai yang banyak.
Namun ada saja hambatan yang diterima oleh Harianto. Setelah sebelumnya pembangkit listrik kincir air, belum dianggap oleh masyarakat, sekarang Harianto harus memperkenalkan sistem pembangkit baru Mikrohidro kepada masyarakat di sana. Cukup bekerja keras juga ya untuk membutuhkan pemahaman dari masyarakat di sana tentang Mikrohidro. Betapa susahnya ya memperkenalkan hal tersebut kepada masyarakat Ampiri supaya mau berpartisipasi dalam pemeliharaan dan pengelolaan Mikrohidro secara bersama-sama supaya tetap menyala dengan baik demi kepentingan bersama juga. Akhirnya Harianto melakukan pembentukan perwakilan warga dalam sebuah kelompok supaya bisa mengelola pembangkit listrik dengan baik dan tetap menyala demi kebaikan masyarakat desa di Ampiri.
Masyarakat Ampiri mulai bergeliat. Akses informasi mulai didapatkan dari internet berkat adanya listrik yang masuk ke desa. Anak-anak bisa melihat televisi pada malam hari. Petani bisa mengelola hasil pertaniannya pada malam hari dan banyak aktivitas lainnya yang bisa dilakukan malam hari berkat adanya listrik.
Berkat keberhasilannya, Harianto akhirnya mendapatkan penghargaan sebagai pemenang Satu Indonesia Award dari Astra Honda pada tahun 2022 di bidang teknologi setelah sebelum-sebelumnya juga mendapatkan penghargaan yang sama. Harianto pun kini merambah ke beberapa desa terpencil lainnya untuk memberikan penerangan listrik supaya daerah tersebut bisa maju dan melakukan aktivitas di malam hari.
Sampai akhirnya Harianto mampu mengembangkan 30 desa terpencil menggunakan tenaga mikrohidro. Dari desa-desa tersebut tak hanya di Provinsi Sulawesi Selatan saja, tapi juga termasuk desa-desa di Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan juga Maluku Utara. Harianto tak hanya berhenti di situ, dia tetap berupaya untuk terus mengembangkan daerah terpencil lainnya di berbagai daerah. Hingga akhirnya berkat usahanya tersebut Harianto berhasil mendapatkan beberapa penghargaan yang diterimanya. Salah satunya yaitu pada bulan September 2017, diperoleh penghargaan di bidang inovasi energi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Betapa menyenangkan sekali. Bangga menjadi Harianto yang telah berjasa bagi desanya dalam pengembangan listrik di sana.
Tidak ada komentar
Posting Komentar