Menciptakan Lingkungan Hijau Dari Rumah, Sebuah Inspirasi Petani Milenial.

Pernah tahu nggak kapan Hari Menanam Pohon Sedunia? Yaitu 30 November 2022. Hari tersebut adalah sebagai pengingat supaya masyarakat bisa memulihkan dan melestarikan lingkungan yang semakin hari semakin rusak saja. Bahkan yang bikin sedih tuh di tahun 2020 Indonesia kehilangan 270 ribu Ha lahan hutan primer. Bagaimana lingkungan akan pulih kalau makin hari hutannya makin berkurang. Bisa-bisa lahan hijau makin hilang.

Berdasarkan Global Forest Watch, menunjukkan bahwa tingkat kehilangan hutan primer di Indonesia makin hari makin menurun. Sehingga bisa disimpulkan bahwa Indonesia sedang menuju perbaikan yang lebih baik. Perlindungan hutan harus kita lakukan, hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tapi juga menjadi tanggung jawab kita semua masyarakat Indonesia. Contohnya yaitu dimulai dari lingkungan kita sendiri.

Pada tanggal 30 November 2022 digelar talk show oleh Denfarm yang bertema “Inspirasi Petani Milenial: Dari Rumah untuk Indonesia Lebih Hijau”. Talk show tersebut diadakan dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon 2022.

Untuk memeriahkannya diadakanlah kegiatan daring di Instagram yang menghadirkan 100 peserta mulai dari blogger, journalist, petani milenial daerah, bahkan termasuk masyarakat umum Indonesia. Yang menarik adalah kehadiran founder @ibukita.kebun, yaitu Angga Diandry. Beliau adalah seorang milenial yang sangat sukses dalam berkebun di lahan yang ada. Berkebun bukanlah suatu kegiatan yang memalukan. Menjadi petani juga bukan hal yang memalukan. Kita tidak boleh malu menjadi petani milenial demi menjaga lingkungan lebih sejuk dan subur. Berharap nantinya akan lahir petani-petani millenial yang sukses dan lingkungan menjadi semakin sehat dan hijau.

Yang menarik adalah PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) sekarang sudah memiliki petani milenial binaan dan mengembangkan program Community Forest di Provinsi Gorontalo. Tujuan dari adanya program ini yaitu memberikan perlindungan keanekaragaman hayati dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memberikan nilai tambah ekonomi terutama di lahan yang kurang produktif dengan ditanami beragam pohon dan komoditas.

Aku sendiri sangat menyukai menanam pohon sejak diperkenalkan oleh ayah dan ibu sejak kecil. Mereka berdua suka sekali bercocok tanam. Bahkan di halaman rumah banyak pot-pot tanaman yang menjadi koleksi mereka berdua. Setelah menikah aku mulai menanam tanaman di pot-pot kecil dengan lahan yang terbatas.

Sudah sejak lama ingin memilki tanaman hidroponik. Karena menanam tanaman dengan teknik hidroponik ini akan bisa memanfaatkan lahan yang terbatas dalam menanam tanaman dengan hasil yang memuaskan.




Belajar banyak dari mas Angga Diandry selaku petani muda atau petani milenial karena diusianya ini berani melangkah menjadi petani. Saat ini banyak anak muda yang tidak berniat bercita-cita menjadi petani muda karena banyak sekali faktor penyebabnya, misalnya :

1. permodalan yang sulit,
2. Ketersediaan pupuk, dan sarana produksi pertanian,
3. Kepastian offtaker untuk harga panen.
4. Rendahnya pendapatan.
5. Kalah pamer.

Saya senang sekali menyaksikan live IG Denfarm dengan Mas Angga ini. Banyak sekali yang beliau jelaskan mengenai hal-hal menjadi petani. Beliau membagikan pengalamannya berkebun di rumah. Melihat hasil tanman hidroponik di rumahnya, otomatis jadi kepingin memetik tanamannya karena subur sekali.

Menurutnya anak-anak muda jaman sekarang enggan menjadi petani karena kalah pamernya. Oleh karena itu, untuk memulai, awali dengan hobi atau kesukaan, bukan karena uang. Kalau di dalam perjalanan menjadi petani ada beberapa hal yang menjadi kendala atau ada tahapan yang salah. Kita bisa coba dan ulangi lagi.

Keinginan mas Angga untuk melakukan hobi bercocok tanam ini adalah terinspirasi dari eyang dan ibunya. Hampir sama sih dengan aku yang juga hobi menanam inspirasinya dari ayah dan ibu. Dari kecil Mas Angga suka menemani eyangnya memetik hasil kebun. Bahkan Ibunya suka nyuruh menyiram tanaman setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah.

Mas Angga ini dijuluki “Dewa Sawi Pakcoy” mengapa? Karena memiliki kebun di roof topnya sebesar 80-90 meter persegi. Wah luas juga ya. Macam-macam tanaman yang ada yaitu pakcoy, selada, dan kale. Menakjubkannya Mas Angga bahkan bisa berhasil memanen sampai dengan 22 kilogram pakcoy. Lalu beliau menjualnya dengan harga mulai Rp40 ribu per setengah kilogram. Wow.... keren sekali kan.

Tetapi sekarang Mas Angga lebih fokus ke menanam kale karena saat ini masyarakat lebih banyak berminat pada kale. Untuk pakcoy hanya bisa memanen sekitar 6-8 kilo saja. Masyaallah keren sekali.

Jadi kesimpulannya jalani dulu apa yang kita suka. Jika yang kita suka dijalani dengan baik insyaallah pasti akan menuai hasil. Untuk memulai sesuatu yang baik bagi lingkungan tidak harus selalu dimulai dari kegiatan yang besar. Kita bisa berkebun di rumah jika ingin membuat Indonesia lebih hijau. Di lahan kecilpun tidak masalah. Niat baik pasti akan mendapatkan manfaat baik pula.

8 komentar

Anonim mengatakan...

Kereeen...sukses selalu fania🤗

Aga mengatakan...

Aktif sebagai blogger dan konten kreator, jangan sampai lupa budaya daerah asal dituliskan juga ya Fania. Semoga lancar dan sukses selalu!

FaniaSurya mengatakan...

Masyaallah. Terima kasih si anonim. 🙂

FaniaSurya mengatakan...

@Aga... siapppp... Terima kasih sudah mengingatkan. Untuk daerah asal juga sudah dipublish di tiktok. Yuks follow me.. hehehe

Firzandi mengatakan...

Emang pengen banget tanam hidroponik, tapi bingung mau mulai dari mana🥹

FaniaSurya mengatakan...

Banyak cara memulai hidroponik. Tinggal buka yutub atau buka IG nya Mas Angga diatas. Yuks memulai.

Anonim mengatakan...

Awesome kali Mbak Fania😍🤲🤲🤲

FaniaSurya mengatakan...

Masyaallah... terima kasih kakak.. 🙂